Jumat, 24 Februari 2017

makalah tafsir pendidikan surah luqman ayat 17,18 dan 19




PENDIDIKAN AKIDAH DAN AKHLAK
SURAH LUQMAN AYAT 17, 18 DAN 19
TUGAS INDIVIDU
SEMESTER VII C
  MATA KULIAH :   TAFSIR AYAT- PENDIDIKAN
  NAMA DOSEN   :


DISUSUN
 





OLEH :
1.    LAILAN SAFINAH
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN-i0oqSUVCLTLVjBZwoRWIYBSJkjMnmAJTAcWNFHoV2sjsuQT5KAc881ZnjyB31WbfzfbBaf-IrHOs0Kw6q2NTSzZ043dfydOMmMnNN4QYHgbaWd7gwADaKOFOUN08Sdx37Q3aFpspAI/s1600/STAI+JM.jpg



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MAHMUDIYAH JAM’IYAH
TANJUNG PURA
2017


KATA PENGANTAR


Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan salam marilah kita limpah curahkan kepada Guru besar kita Yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang pendidikan akidah dan akhlak surah Luqman Ayat 17, 18, dan 19 , makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah , tafsir ayat-ayat pendidikan. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan ataupun para akademisi yang ingin meningkatkan atas pengetahuanya. apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf  yang sebesar – besarnya, karena kealpaan, kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.





                                                                                    Tanjung Pura,  januari 2017


                                                                                                Lailan Safinah








i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….……          i
Daftar Isi……………………………………………………………………………..           ii
Bab I …………………………………………………………………………………         1
Pendahuluan……………………………………………………………………….....           1
A.    Latar Belakang………………………………………………………….….….           1
B.     Rumusan Masalah ………………………………………………………….…           1
C.     Tujuan Penulisan…………………………………………………………….…          2
Bab II ………………………………………………………………………………..          3
Pembahasan…………………………………………………………….…………….          3
A.    Surah Luqman 17-19……………………………………………………….................          3
B.     arti perkata surah Luqman17-19.……………………………………………..............           4
C.     hukum bacaan ayat al-hasyr 17-19…………………………………………….............         5
D.    asbabun nuzul  surah Luqman 17-19…….…………………..……………..............….          6
E.     tafsir Surah luqman Ayat 17-19……………………………………………..............…          7
F.      Aspek-Aspek pendidikan Surah luqman 17-19…………………………….................           8
Bab III ……………………………………………………………………………….          10
Penutup……………………………………………………………………………….          10
A.    Kesimpulan…………………………………………….;;…………………….          10
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..          iii












ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang masalah
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh Jibril kepada Nabi Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui uapaya para pemeluknya denagan cara ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri darai dua prinsip besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan keiamanan yang disebut akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu syari’ah.
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman, dibicarakan di dalam Al-Qur’an tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (Syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan untuk membicarakan ilmuu tentang syari’ah ialah: a) ibadah, untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah, b) mu’amalah, untuk perbuatan yang berrhubungan dengan selain Allah, dan c) akhlaq, untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulanOleh karena pendidikan merupakan suatu upaya membentuk manusia seutuhnya/ memanusikan manusia, maka pendidikaan tergolong kegiatan mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyrrakat.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya adalah :
1.      Bagaimana surah  Luqman ayat 17, 18, dan 19 ?
2.      Bagaimana Arti perkata surah lugman 17, 18, dan 19?
3.      Bagaimana hokum bacaan surah Luqman ayat 17, 18, dan 19 ?
4.      Bagaimana Asbabunnuzul surah Al-luqman Ayat 17, 18, dan 19?
5.      Bagaimana makna surah Luqman ayat 17, 18 dan 19?
6.      Bagaimana aspek-aspek pendidikan surah Luqman Ayat 17, 18 dan 19?



C.    Tujuan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah adalah penulis ingin :
1.      Mengetahui Bagaimana surah  Luqman ayat 17, 18, dan 19
2.      Mengetahui Bagaimana Arti perkata surah lugman 17, 18, dan 19
3.      Mengetahui Bagaimana hokum bacaan surah Luqman ayat 17, 18, dan 19
4.      Mengetahui Bagaimana Asbabunnuzul surah Al-luqman Ayat 17, 18, dan 19
5.      Mengetahui Bagaimana makna surah Luqman ayat 17, 18 dan 19
6.      Mengetahui Bagaimana aspek-aspek pendidikan surah Luqman Ayat 17, 18 dan 19


























BAB I
PENDAHULUAN

A.    Surah Luqman ayat 17,18,dan 19

يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاَةَ وَأمُر بِالمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ المُنكَرِ وَاصبِر عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِن عَزمِ الأُمُورِ(17)
“ Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan perintahkanlah mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah dari kemunkaran dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal diutamakan.”

لاَتُصَعِّر خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَتَمشِ فِي الأَرضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُختَالٍ فَخُورٍ(18)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوتِكَ إِنَّ أَنكَرَالأَصْوَاتِ لَصَوتُ الحَمِيرِ(19
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”









B.     Arti perkata Surah Luqman ayat 17, 18,dan 19
Ayat 17
وَأمُر
Dan perintahkanlah ( manusia )
الصَّلاَةَ
solat
أَقِمِ
dirikan
يَابُنَيَّ
Wahai anak ku
المُنكَرِ
Kemungkaran / kemaksiatan
عَنِ
dari
وَانْهَ
dan cegahlah mereka
بِالمَعْرُوفِ
Untuk melakukan kebaikan ( taat kpd Allah)
أَصَابَكَ
Yang menimpamu ( ketika memerintah dan mencegah )

مَا
apa
عَلَى
atas
وَاصبِر
Dan bersabarlah
عَزمِ الأُمُورِ
Perkara yang ditekankan dan penting
مِن
dari
ذَلِكَ
itu
إِنَّ
Sesungguhnya

Ayat 18
لِلنَّاسِ
Kepada manusia
خَدَّكَ
Pipi/wajahmu
تُصَعِّر
Kamu palingkan
وَلا
Dan jangan
الأَرضِ
bumi
فِي
di
تَمشِ
berjalan
وَلا
Dan jangan
لاَ
tidak
اللهَ
Allah
إِنَّ
sesungguhnya
مَرَحًا
Dengan sombong
فَخُورٍ
Yang banggakan diri
مُختَالٍ
Orang yang sombong
كُلَّ
setiap
يُحِبُّ
Dia menyukai

Ayat 19
وَاغْضُضْ
dan Rendahkanlah
مَشْيِكَ
jalanmu
فِي
dalam
وَاقْصِد
Dan sederhanakanlah
أَنكَرَ
Seburuk-buruk
إِنَّ
sesungguhnya
صَوتِكَ
suaramu
مِن
Dari




الحَمِيرِ
    keledai
لَصَوتُ
Sungguh suara
الأَصْوَاتِ
Suara-suara


C.    Hukum Bacaan Atau Tajwid surah Al-Luqman Ayat 17, 18, dan 19
1.      Ikhfa’
Adalah apabila setelah nun mati atau tanwin terhadap huruf yang 15 (    .    .    .    .    .       .    .    .    .    .    .    .    .    .    ). Cara membacanya dengan mendengungkan.
Misalnya :
·         المُنكَرِ
·         مُختَالٍ فَخُورٍ
·         مِن صَوتِكَ
·         أَنكَرَ

2.      Gunnah
Adalah dengung, yaitu apabila ada huruf min dan nun tasydid dan didahului harakat fathah, kasrah, dan dhammah. Panjang bacaan gunnah adalah dua harakat.
Missal :
·         إِنَّ
·         لِلنَّاسِ

3.      qalqalah
Adalah memantulkan bunyi huruf qalqalah yang berjumlah lima (    ,    ,    ,    ,     ) ketika mati atau waqaf (berhenti)
Missal :
·         وَاقْصِد






D.    Asbabunnuzul surah Luqman Ayat 17, 18, dan 19
Secara etimologi, kata asbab al-nuzul berarti turunnya ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW secara berangsur - angsur bertujuan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, akhlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan manusia merupakan sebab turunnya Al-Quran. Asbab al-nuzul (sebab turun ayat) di sini dimaksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu. Sedangkan menurut Subhi al-Salih, asbab an-nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.[1]
Adapun sebab turunnya ayat 12-19 dari surat Luqman sejauh penulusuran yang penulis lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13 dalam tafsir Al-Misbah, diriwayatkan bahwa Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika datang ke mekah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat di kalangan masyarakatnya. Lalu Rasulullah mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah, “Mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan yang ada padaku.” Rasulullah berkata, “Apa yang ada padamu?” Ia menjawab, “Kumpulan hikmah Lukman.” Kemudian Rasulullah berkata,“Sungguh perkataan yang amat baik ! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Qur’an yang diturunkan Allah kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya.” Rasulullah lalu membacakan al-Qur’an kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam.[2]
Kemudian menurut Sayid Qutb bahwa ayat 13 yang menjelaskan tentang tauhid, inilah hakikat yang ditawarkan oleh nabi Muhammad saw kepada kaumnya. Namun, mereka menentangnya dalam perkara itu, dan meragukan maksud baiknya di balik tawarannya. Mereka takut dan khawatir bahwa di balik tawaran itu terdapat ambisi Muhammad saw untuk merampas kekuasaan dan kepemimpinan atas mereka. Kemudian ayat 14 dan 15 penulis menemukan riwayat bahwa ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu yang dengan tabiatnya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut, dan halus. Diriwayatkan oleh Hafidz Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya dengan sanadnya dari Buraid dari ayahnya bahwa seseorang sedang berada dalam barisan tawaf menggendong ibunya untuk membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya kepada Nabi Muhammad saw, “Apakah aku telah menunaikan haknya? ”Rasulullah menjawab, “Tidak, walaupun satu tarikan nafas.”[3]
Diriwayatkan bahwa ayat 15 ini diturunkan berhubungan dengan Sa’ad bin Abi Waqqas, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa beliau tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu. Untuk itu pada hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua, aku juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, Demi Allah, seandainya ibu mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya sampai ibu mati, aku tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini. Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliaupun mau makan.”[4]

E.     Tafsir surah Luqman Ayat 17, 18, dan 19
Pada ayat 17 ini, Lukman mewasiatkan kepada anaknya hal-hal berikut :
a.       Selalu mendirikan sholat dengan sebaik-baiknya, sehingga diridhoi Allah. Jika sholat yang dikerjakan itu diridhoi Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.
b.      Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhoi Allah, berusaha membersihkan jiwa, dan mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa.
c.       Selalu bersabar dan tabah terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.

Pada ayat 18 dari surat Luqman terdapat kata Ash-sha’ru, artinya penyakit yang menimpa onta sehingga membengkokan lehernya. Penggunaan gaya bahasa seperti ini dalam Al-Qur’an bertujuan agar manusia tidak meniru gerakan Ash-sha’ru ini yang berarti gerakan sombong seperti berjalan dengan membusungkan dada, dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati. Pada ayat yang selanjutnya kata Al-Qosdu yang mempunyai makna maksud dan tujuan, jadi berjalan itu harus selalu tertuju kepada maksud dan tujuan yang ditargetkan pencapaianya. Sehingga, gaya berjalan itu tidak menyimpang, sombong, dan mengada-ada. Namun harus ditujukan guna meraih maksudnya dengan sederhana dan bebas.
Ayat 19 dari surat luqman menjelaskan, pertama tentang cara berjalan dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu lambat dan juga tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap rendah hati atau sikap tawadu’. Kedua, tentang cara berbicara yakni dengan mengurangi tingkat kekerasan suara, jangan mengangkat suara jika tidak diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap yang demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukannya, dan mudah diterima oleh jiwa pendengarnya serta lebih gampang untuk dimengerti. Ketiga, tentang ilat atau alasan yang melarang hal diatas yakni sesungguhnya suara yang paling buruk dan paling jelek, karena ia dikeraskan lebih daripada apa yang diperlukan tanpa penyebab adalah suara keledai. Dengan kata lain, bahwa orang yang mengeraskan suaranya itu berarti suaranya mirip suara keledai. Dalam hal ini ketinggian nada dan kekerasan suara, dan suara yang seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT.
Di dalam ungkapan ini jelas menunjukan nada celaka dan kecaman terhadap orang yang mengeraskan suaranya, serta anjuran untuk membenci perbuatan tersebut. Di dalam ungkapan ini yaitu menjadikan orang yang mengeraskan suaranya diserupakan dengan suara keledai, terkandung pengertian mubalagah untuk menanamkan rasa antipati dari perbuatan tersebut. Hal ini merupakan pendidikan dari Allah untuk hamba-hambanya supaya mereka tidak mengeraskan suaranya di hadapan orang-orang karena meremehkan mereka, atau yang dimaksud ialah agar mereka meninggalkan perbuatan ini secara menyeluruh (dalam kondisi apapun).





F.     Aspek-Aspek pendidikan
1.      Pentingnya menjaga Tauhid dan kejinya dosa Syirik
2.      Menjelaskan arti hikmah, yaitu bersyukur kepada Allah Swt dengan cara taat dan selalu ingat kepadaNya. Dan orang yang bersyukur itu pasti orang memiliki akal sehat
3.      Pentingnya memberi nasehat yang baik, sekaligus memberi solusi (irsyad) kepada siapa saja
4.      Buruknya dosa musyrik dan jeleknya orang yang memusyrikan Allah Swt
5.      Keharusan taat kepada orang tua dan mempelakukan mereka dengan lembut dan sayang
6.      Pengukuhan pedoman, “ Tidak boleh patuh kepada seseorang jika menyuruh berbuat dosa kepada Allah Swt.” Dan ini berlaku kepada orang tua untuk tidak taat atas kemauan mereka ketika diperintah melakukan keburukan.
7.      Wajib mengikuti jalan yang benar sesuai Al-Qur’an dan Sunnah dan haramnya mengikuti jalan yang tidak berdasar kepada kedua pusaka itu























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berangkat dari beberapa rincian diatas, materi pendidikan yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Lukman yang telah dissampaikan oleh Lukman al-Hakim kepada anaknya, dapat dikategorisasikan sebagai berikut:
Pertama, ‘aqaaid (Akidah), yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para nabi, hari kiamat, dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat 12,13, dan 16
Kedua, syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua:pertama, ibadah, seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua, mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan harta benda. Aspek syari’ah ini termaktub pada ayat 14,15, dan 17
Ketiga, Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup akhlaq manusia terhadap khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap makhluk. Aspek ini terdapat pada ayat 14,15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik tolak dari akidah.














DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Musthafa Al-maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abubakar, Semarang : Toha Putra, 1992
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.
10, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin dan Abdul Aziz Salim
basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Quran, Jakarta : Gema Insani Press, 2002
Ahsin Sakho Muhammad, et.,all., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi,
2010






















iii


[1] Ahmad Musthafa Al-maraghi, Tafsir al-Maraghi, Terj. Bahrun Abubakar, (Semarang : Toha Putra, 1992), Juz XXI, hlm. 152
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 10, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 125

[3] Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Quran, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI, hlm.174
[4]  Ahsin Sakho Muhammad, et.,all., Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi,2010), hlm. 553

Tidak ada komentar:

Posting Komentar