Jumat, 24 Februari 2017

makalah tafsir al-luqman ayat 13,14,15 dan 16



PENDIDIKAN AKIDAH DAN AKHLAK
AL-LUQMAN AYAT 13,14,15 DAN 16
TUGAS INDIVIDU
SEMESTER VII C
  MATA KULIAH : TAFSIR AYAT-AYAT PENDIDIKAN
  NAMA DOSEN  :


DISUSUN
 






OLEH :
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN-i0oqSUVCLTLVjBZwoRWIYBSJkjMnmAJTAcWNFHoV2sjsuQT5KAc881ZnjyB31WbfzfbBaf-IrHOs0Kw6q2NTSzZ043dfydOMmMnNN4QYHgbaWd7gwADaKOFOUN08Sdx37Q3aFpspAI/s1600/STAI+JM.jpg
 LAILAN SAFINAH



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MAHMUDIYAH JAM’IYAH
TANJUNG PURA
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan salam marilah kita limpah curahkan kepada Guru besar kita Yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang , pendidikan akidah dan akhlak surah al-luqman ayat 13,14,15,16.  makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugaskelompok  mata kuliah ayat-ayat pendidikan.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan ataupun para akademisi yang ingin meningkatkan atas pengetahuanya. apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon maaf  yang sebesar – besarnya, karena kealpaan, kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.





                                                                                    Tanjung Pura, januari 2017


                                                                                                Lailan Safinah









i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….……          i
Daftar Isi……………………………………………………………………………..           ii
Bab I …………………………………………………………………………………          
Pendahuluan………………………………………………………………………....           
A.    Latar Belakang………………………………………………………….…….           
B.     Rumusan Masalah ……………………………………………………………           
C.     Tujuan Penulisan………………………………………………………………          
Bab II ………………………………………………………………………………..           
Pembahasan…………………………………………………………….…………….          
  1. Ayat Surah Al-Luqma Ayat 13, 14, 15, dan 16……………………………...
  2. Arti perkata surah Al-Luqman Ayat 13,14,15, dan 16……………………….         
  3. Hukum bacaan surah Al-Lugman Ayat 13, 14,15, dn 16…………………….         
  4. Asbabunnuzul Al-Lugman……………………………………………………         
  5. Makna Ayat Al-Luqman ayat 13,14,15 dan 16……………………………….        
  6. Nilai-Nilai Pendidikan………………………………………………………..         
Bab III ……………………………………………………………………………….         
Penutup……………………………………………………………………………….         
A.    Kesimpulan…………………………………………….;;…………………….         
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..          iii












ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan atau “homo educandum “. Manusia dipandang sebagai homo educandum yaitu makhluk yang harus dididik, oleh karena menurut aspek ini nanusia dikategorikan sebagai “animal educabil ” yang sebangsa binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang selain manusia hanya dapat dilakukan dressur (latihan) sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis (tidak berubah).
Perlunya manusia untuk dididik menurut Hasan Langgulung terlebih dahulu harus dilihat dari dua segi aspek pendidikan sebagai berikut:
“Pertama dari segi pandangan masyarakat dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat itu tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara”.
Dari segi pandangan individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Seperti potensi akal, potensi berbahasa, potensi agama dan sebagainya. Potensi-potensi tersebut harus diusahakan dan dikembangkan agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Dilihat dari kedua sudut pandangan tersebut di atas, maka manusia perlu sekali diberi pendidikan, karena tanpa pendidikan pewarisan kebudayaan dan pengembangan potensi manusia tak dapat dilakukan dengan sepenuhnya.
Di dalam kitab suci Al-qur’an manusia disebut sebagai ahsanu taqwim, yang berarti sebaik-baik bentuk, dan diantara makhluk Tuhan memang manusialah yang paling baik kejadiannya. Terutama yang paling penting bagi manusia yang membedakannya dengan binatang adalah bahwa manusia mempunyai akal. 
Dengan ini manusia berusaha memiliki akidah dan akhlaknya untuk memperbaiki kehidupannya.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Surah Al- Lugman Ayat 13-16
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".

اشْكُرْلِي أَنِ عَامَيْنِ فِي وَفِصَالُهُ وَهْنٍ عَلَي وَهْنًا أُمُّهُ حَمَلَتْهُ بِوَالِدَيْهِ وَوَصَّيْنَاالإِنْسَانَ
                                                                        إِلَيَّ وَلِوَالِدَيْكَ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

وَصَاحِبهُممَافِي هُمَتُطِعْ فَلاَ عِلْمٌ بِهِ لَكَ مَالَيسَ بِي تُشْرِكَ أَنْ عَلَى هَدَكَ جَا وَإِنْ
تَعْمَلُونَ كُنتُم بِمَا فَأُنَبِّئُكُم مَرْجِعُكُم  إِلَيَّ أَنَبَ مَن سَبِيلَ  الدُّنيَامَعرُوفًاوَاتَّبِعْ
Dan jika keduanya memaksa kamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka jangan lah engkau mematuhi keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembali kamu, maka Ku-beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

يَأْتِ الأَرْضِ فِيَ أَو السَّمَوَاتِ فِي أَو صَخْرَةٍ فِي فَتَكُنْ خَردَلٍ مِن حَبَّةٍ مِثقَالَ تَكُ إِنَّهَاإِنْ يَابُنَيَّ
                                                                                   خَبِيرٌ لَطِيفٌ للهَ إِنَّ بِهَااللهُ
Wahai anakku, sesungguhnya jika ada seberat biji sawi, dan berada dalam batukarang atau dilangit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya, Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”


B.     Arti Perkata Al-Luqman Ayat 13-16





































C.    Hukum Bacaan Surah Al-Luqman Ayat 13-16
1.      Idzhar artinya apabila nun mati/ tanwin bertemu dengan satu huruf halqi (        ,       ,      ,     ,     ,     ,  ) maka harus dibaca jelas, contohnya :
·         لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
·         عَلَي وَهْنًا

2.      Idgham bighunnah yaitu nun mati /tanwin bertemu dengan huruf (    ,    ,    ,      ), maka cara membacanya berdengung. Contohnya:
·         وَفِصَالُهُ وَهْنٍ
·         الدُّنيَامَعرُوفًا

3.      Ikhfa yaitu apabila nun mati/ tanwin bertemu dengan huruf selain huruf idzar, idgham, ikhfa dan iqlab, maka cara membacanya harus samar-samar.
Hurufnya yaitu :        ,      ,     ,      ,     ,    ,     ,     ,     ,    ,    ,    ,    ,    ,    ,   
Contohnya :
·         .
·         .
·         .
·         .
·         .
·         .
·         .
·         .

4.      Qolqolah sugra yaitu apabila huruf qolqolah (      ,     ,     ,    ,     ) berbaris mati dipertengahan ayat atau kalimat maka cara membacanya huruf tersebut harus dipantulkan.
Contohnya:
·         .
·         .
·          
5.      Mad thabi’I apabila      sudah fathah,      sesudah kasrah,      sesudah dhammah cara membacanya yaitu harus panjang dua harkat atau satu alif.
Contohnya :
·         .
·         .
·         .
·         .
·         .
·         .

6.      Ikhfa syafawi apabila mim mati bertemu dengan hururf      
Contohnya:
·         .

7.      Idzhar syafawi yaitu apabila mim mati bertemu dengan selain huruf      dan
Contohnya :
·         .
·         .


D.    Asbabunnuzul Al –Luqman Ayat 13- 16
Al- Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya, dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Ia berkata: Aku adalah seseorang pria yang amat mencintai ibuku. Tetapi setelah aku masuk Islam, ibuku itu berkata kepadaku: Hai sa’ad! Agama apa ini, kulihat engkau mengada-ada. Tinggalkan agamamu ini atau aku akan mogok makan dan minum, sampai mati. Dengan begitu engkau akan tercemar lantaran aku, yaitu engkau akan dituduh sebagai pembunuh ibunya. Begitulah lalu aku berkata kepada ibuku: Hai Ibu! Jangan engkau kerjakan itu semua, tetapi aku juga tidak bakal meninggalkan agamaku ini selama-lamanya karena faktor apapun.
Ibuku nekad, sehari semalam sudah mulai tidak makan dan tidak minum. Pagi harinya sudah tampak sangat letih. Hari kedua dia tidak mau makan juga dan badannya sudah semakin bertambah letih. Hari ketigapun tidak mau makan dan badannya semakin bertambah letih.
Melihat keadaan yang demikian itu, aku kemudian berkata kepadanya: Hai Ibu! Ketahuilah, demi Allah! Seandainya engkau mempunyai seratus nyawa, lalu nyawa itu keluar satu persatu (dengan bertahap), namun aku tetap tidak akan mau meninggalkan agamaku ini, karena faktor apapun. Jika engkau sudi, makanlah dan jika engkau tidak sudi, jangan makan.
Melihat keteguhan Sa’ad yang demikian itu, akhirnya Ibunya mau makan. Lalu Allah menurunkan ayat “Dan jika kedua orang tuamu itu sungguh-sungguh memaksamu agar engkau menyekutukan aku…..dst”.232)

E.     Makna Ayat AL-Luqman ayat 13-16
Sekilas tentang lukman.
Luqman adalah sosok ayah pilihan Allah. Nasehat yang disampaikan pada anaknya diabadikan dalam Al Qur'an. Ketika kita membaca Q.S Luqman ayat 13 disitu dimulai dengan hentakan kata " Ingatlah takala ". Kata ini menandakan pentingnya atas nasehat yang akan disampaikan. 
1.      Makna ayat 13
Ayat 13 ini berbicara tentang nasihat Luqman kepada putranya yang dimulai dari peringatan terhadap perbuatan syirik. Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu merupakan kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena meletakan sesuatu bukan pada tempatnya.
Imam ash Shobuni menafsirkan لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ dengan menyatakan, “jadilah orang yang berakal; jangan mempersekutukan Allah dengan apapun, apakah itu manusia, patung, atau anak.” Beliau menafsirkan إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ dengan menyatakan, “Perbuatan syirik merupakan sesuatu yang buruk dan tindak kezaliman yang nyata. Karena itu, siapa saja yang menyerupakan antara Khalik dengan makhluk, tanpa ragu-ragu, orang tersebut bisa dipastikan masuk ke dalam golongan manusia yang paling bodoh. Sebab, perbuatan syirik menjauhkan seseorang dari akal sehat dari hikmah sehingga pantas digolongkan ke dalam sifat zalim, bahkan pantas disertakan dengan binatang.
Kata يَعِظُهُ terambil dari kata عظو yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikan sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesra kepada anak.
Sedangkan ulama memahami kata عظو dalam arti ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu adalah seorang musyrik, sehingga sang ayah menyandang hikmah it uterus menerus menasihatinya sampai akhirnya sang anak mengakui Tauhid.[1]
Kata بُنَيَّ adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya dalah ابني ibny,dari kata بنا ibn yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat diatas sumber isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik.
Pada ayat 13 diperintahkan untuk merenungkan anugrah Allah kepada Luqman itu dan serta mengingatkan kepada orang lain. Ayat ini berbunyi : 
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya dalam keadaan pada saat ke saat menasihatinya bahwa wahai anakku sayang! Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan apapun, dan jangan juga mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan pun, lahir maupun batin. Persekutuan yang jelas maupun tersembunyi adalah syirik yakni mempersekutukan Allah.
 Luqman menekankan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Memang “ At-takhiyah muqaddamun ‘ala at-tabliyah” (menyingkirkan keburukan lebih utama dari pada menyandang perhiasan).[5] Dari ayat ini pula dapat dipahami bahwa antara kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah member nasihat dan didikan. Orang tua harus memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua tidak boleh menganggap cukup apabila telah menyediakan segala kebutuhan fisik seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan kesenangan lahiriyah lainnya. Justru yang lebih penting adalah memperhatikan kebutuhan rohani berupa pendidikan agama maupun pendidikan keilmuan lainya dan keterampilan.

2.      Makna Ayat 14
            Allah mewajibkan kepada semua manusia agar patuh dan taat kepada orang tua. Karena seorang ibu itu mengandung dengan segala kepayahan dan kesulitan. Seorang ibupun menyusui sampai berusia dua tahun. Allah mengharuskan pula agar bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang diberikan dengan cara melakukan semua bentuk taat. Dan hendaknya berterima kasih pula kepada orang tua dengan cara melakukan kebaikan dan taat. Karena semua akan kembali kepada Allah, dan Allah akan membalas semua perbuatan yang dilakukan manusia.
Kata وَهْنًا berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud disni kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Kata yang digunakan ayat inilah mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya. Firman-Nya وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ (dan penyapihannya didalam dua tahun), mengisyaratkan betapa pentingnya penyusuan anak oleh seorang ibu kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, melainkan juga lebih-lebih untuk menumbuh kembangkan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima.
Selanjutnya Allah menjelaskan pesan-Nya melalui firman berikut:
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
            Dan Kami perintahkan kepadanya, bersyukurlah kamu kepada-Ku atas semua nikmat yang telah Ku limpahkan kepadamu, dan bersyukur pulalah kepada ibu bapakmu. Karena sesungguhnya kedua itu merupakan penyebab bagi keberadaanmu. Dan keduanya telah merawatmu dengan baik sehingga kamu menjadi tegak dan kuat.
إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Hanya kepada-kulah kembali kamu, bukan kepada selain-Ku. Maka Aku akan memberikan balasan terhadap apa yang telah kamu lakukan yang bertentangan dengan-Ku.
Ayat diatas menyatakan : dan kami wasiatkan yakni berpesan dengan amat kukuh kepada semua manusia menyangkut kepada orang ibu bapanya, pesan kami disebabkan karena ibunya telah mengandung dalam keadaan kelemahan diatas kelemahan, yakni kelemahan berganda-ganda dan dari saat ke saat bertambah-tambah. Lalu beliau melahirkan dengan susah payah, kemudian merawat dan menyusuinya setiap saat, bahkan ditengah malam ketika saat manusia lain tertidur nyenyak.     Demikian hingga tiba masa menyapikannya. Dimasa kelahiran memang ibu lebih berpotensi atau lebih ekstra dibandingkan seorang bapak dan itu tidak cukup hanya dimasa kelahiran seorang anak, melainkan sampai anak tumbuh berkembang. Memang ayah pun bertanggung jawab menyiapkan dan membantu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat. Namun, jasa ayah tidak bisa diabaikan begitu saja oleh karena itu anak juga berkewajiban berdoa untuk ayahnya.

3.      Makna Ayat 15
            Jika orang tua mengajak kepada kufur atau dosa, maka jangan ikuti keinginanya dengan penolakan yang lembut dan bijaksana.Karena ketaatan itu haruslah dalam kebajikan. Dan jangan sampai penolakan itu dilakukan dengan perangai yang buruk. Ikutilah orang yang banyak bertaubat dan banyak melakukan kebaikan. Karena setelah kehidupan ini pastilah semuanya akan kembali kepada Allah Swt dan akan terungkap semua perbuatan yang telah dilakukan oleh setiap orang dan akan diberi ganjaran sesuai dengan perbuatannya.
            Ayat diatas menerangkan bahwa jika orang tua memaksa untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah mematuhinya.setioap perintah untuk perbuatan maksiat, maka tidak boleh ditaati. Namun demikian, jangan memutuska hubungan silaturahmi dengan tetaplah menghormatinya  sebagai orang tua.  Berbaktilah kepada mereka selagi tidak menyimpang dari ajaran agama dan bergaullah dengan mereka menyangkut keduniawian, bukan aqidah. Dalam surat Al-Ankabut: 8, Artinya: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibui-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu uintuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
            Hokum ini berlaku untuk semua umat Nabi Muhammad, yaitu melarang ketaatan anak untuk mengikuti kehendak orang tuanya yang bertentangan dengan ajaran agama. Dan juga sebagaimana dalam sebuah riwayatbahwa Asma’ putrid Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah, Asma’ bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka Rosul memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut kunjungannya.

4.      Makna Ayat 16
          Wahai ananda, meskipun perbuatan buruk atau perbuatan baik hanya seberat biji saja, pastilah tidak akan luput dari pandangan Allah Swt. Kebaikan dan keburukan itu pastilah akan terungkap jelas di hari kiamat kelak, dan bagi yang berbuat kebaikan pastilah diganjar dengan kebaikan pula, begitu pula dengan keburukan. Allah Swt itu Maha Lembut dan Dia selalu memberi jalan keluar bagi para hamba-Nya dengan cara yang baik. Allah Swt juga Maha Mengawasi dan tidak satupun yang luput di hadapanNya.
            Katika menafsirkan kata khardal, Quraish Shihab mengutip penjelasan Tafsir al-untakhab yang melukiskan biji tersebut. Disana dinyatakan bahwa satu kilogram biji khardal/moster terdiri atas 913.000 butir. Dengan demikian, berat satu butir biji moster hanya sekitar satu per seribu gram, atau kurang lebih 1 mg, dan merupakan biji-bijian teringan yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena itu, biji ini sering digunakan oleh Al-Qur’an untuk manunjuk sesuatu yang sangat kecil dan halus.
            Kata lathif terambil dari akar kata lathafa yang huruf-hurufnya terdiri dari lam, tha’ dan fa. Kata ini mengandung makna lembut, halus atau kecil. Dari makna ini kemudian lahir makna ketersembunyian dan ketelitian.
            Sedangkan kata khabir, terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf kha, ba’ dan ra’ yang maknanya berkisar pada dua hal, yaitu pengetahuan dan kelemahlembutan. Khabir dari segi bahasa dapat berarti yang mengetahui dan juga tumbuhan yang lunak. Sementara pakar berpendapat bahwa kata ini terambil dari kata khabartu al-ardha dalam arti membelah bumi. Dari sinilah lahir pengertian “mengetahui”, seakan-akan yang bersangkutan membahas Sesuatu sampai dia membelah bumi untuk menemukannya.
            Materi pelajaran akidah diselingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
            Wasiat Luqman pada ayat 16 ini adalah berkaitan dengan masalah akhirat, dimana di dalamnya terdapat pahala yang adil dan perhitungan yang cermat atas amal perbuatan manusia yang digambarkan oleh al-Qur’an dengan kata-kata indah dan menyentuh, yang membangkitkan semangat, suatu gambaran yang menunjukkan atas ilmu Allah yang meliput, yang tidak sebiji sawi pun yang luput dari pengetahuan-Nya, walaupun biji itu tersembunyi di dalam perut bumi, di dalam batu yang keras, atau di atas langit Allah yang luas, apalagi amal perbuatan manusia, mudah sekali diketahui-Nya. Karena pengetahuan Allah meliputi seluruh langit dan bumi.[2]



 Tidak ada satu pun ungkapan lain yang dapat menggambarkan tentang ketelitian dan keluasan ilmu Allah yang meliputi segalanya, tentang kekuasaan Allah, dan tentang hisab yang teliti dan timbangan yang adil melebihi gambaran yang dilukiskan oleh ungkapan ayat 16 surat Luqman ini. Inilah salah satu keistimewaan al-Qur’an sebagai mukjizat, dimana susunannya sangat indah dan sentuhannya sangat dalam.





F.     Aspek Nilai Pendidikannya
·         Pentingnya menjaga Tauhid dan kejinya dosa Syirik
·          Menjelaskan arti hikmah, yaitu bersyukur kepada Allah Swt dengan cara taat dan selalu ingat  kepadaNya. Dan orang yang bersyukur itu pasti orang memiliki akal sehat
·          Pentingnya memberi nasehat yang baik, sekaligus memberi solusi (irsyad) kepada siapa saja
·          Buruknya dosa musyrik dan jeleknya orang yang memusyrikan Allah Swt
·          Keharusan taat kepada orang tua dan mempelakukan mereka dengan lembut dan sayang
·         Pengukuhan pedoman, “ Tidak boleh patuh kepada seseorang jika menyuruh berbuat dosa kepada Allah Swt.” Dan ini berlaku kepada orang tua untuk tidak taat atas kemauan mereka ketika diperintah melakukan keburukan.














            





BAB  III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
            Ibadah adalah suatu perintah dari Allah yang harus kita laksanakan dengan jiwa dan hati yang tulus dan ikhlas. Ibadah kita, mengisyaratkan bahwa kita sebagi seorang hamba membutuhkan terhadap rahmat, hidayah, taufiq maupun pertolongan dari Allah SWT, akan tetapi perlu di ingat bahwa rasa kebutuhan kita terhadap Allah tidak akan mengurangi rasa tulus ikhlas kita dalam beramal.
            Tiap-tiap ibadah yang kita kerjakan hendaknya didorong oleh keyakinan kepada kebesaran dan kekuasaan Allah serta timbul atas rasa syukur dan hutang budi kita kepada-Nya, jika demikian maka ibadah akan menjauhkan diri kita dari perbuatan yang tidak baik dan yang dilarang oleh Allah SWT.
            Tetapi ibadah yang tidak didasari atas beberapa aspek diatas akan terkesan hanya karena sebatas memelihara tradisi yang sudah turun temurun, kendatipun memiliki rupa dan bentuk ibadah. Tak ada ubahnya dengan patung dan gambar yaitu hanya sebagai simbol. Selanjutnya ibadah yang semacam itu, tidak ada kesan dan buahnya kepada tabiat dan akhlak orang yang beribadah tersebut.
















DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish, TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2002
            M. Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur™an, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2002
            Tafsir Al-hidayah


[1] Shihab, M. Quraish, TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2002

[2] M. Ali Ash-Shabuny, Cahaya Al-Qur™an, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2002), Cet. 1, h. 391-392

Tidak ada komentar:

Posting Komentar