PENDIDIKAN AKIDAH DAN
AKHLAK
AL-LUQMAN AYAT 13,14,15
DAN 16
TUGAS INDIVIDU
SEMESTER VII C
MATA KULIAH : TAFSIR AYAT-AYAT PENDIDIKAN
NAMA DOSEN
:
![]() |
OLEH :

LAILAN SAFINAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM
MAHMUDIYAH JAM’IYAH
TANJUNG PURA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Sang Illahi
Robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan
makalah ini, tak lupa sholawat dan salam marilah kita limpah curahkan kepada
Guru besar kita Yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau
mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas
tentang , pendidikan akidah dan akhlak
surah al-luqman ayat 13,14,15,16. makalah
ini kami tujukan untuk memenuhi tugaskelompok mata kuliah ayat-ayat pendidikan.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi
sumber informasi bagi yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan ataupun para
akademisi yang ingin meningkatkan atas pengetahuanya. apabila ada kesalahan
dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena
kealpaan, kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan
banyak terima kasih.
Tanjung
Pura, januari 2017
Lailan Safinah
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….…… i
Daftar Isi…………………………………………………………………………….. ii
Bab I …………………………………………………………………………………
Pendahuluan………………………………………………………………………....
A. Latar Belakang………………………………………………………….…….
B. Rumusan Masalah
……………………………………………………………
C. Tujuan
Penulisan………………………………………………………………
Bab II ………………………………………………………………………………..
Pembahasan…………………………………………………………….…………….
- Ayat Surah Al-Luqma Ayat 13, 14, 15, dan 16……………………………...
- Arti perkata surah Al-Luqman Ayat 13,14,15, dan 16……………………….
- Hukum bacaan surah Al-Lugman Ayat 13, 14,15, dn 16…………………….
- Asbabunnuzul Al-Lugman……………………………………………………
- Makna Ayat Al-Luqman ayat 13,14,15 dan 16……………………………….
- Nilai-Nilai Pendidikan………………………………………………………..
Bab III ……………………………………………………………………………….
Penutup……………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………….;;…………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….. iii
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah
makhluk yang memerlukan pendidikan atau “homo educandum “. Manusia dipandang
sebagai homo educandum yaitu makhluk yang harus dididik, oleh karena menurut
aspek ini nanusia dikategorikan sebagai “animal educabil ” yang sebangsa
binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang selain manusia hanya dapat
dilakukan dressur (latihan) sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya
statis (tidak berubah).
Perlunya manusia untuk dididik menurut Hasan Langgulung terlebih dahulu harus dilihat dari dua segi aspek pendidikan sebagai berikut:
Perlunya manusia untuk dididik menurut Hasan Langgulung terlebih dahulu harus dilihat dari dua segi aspek pendidikan sebagai berikut:
“Pertama dari
segi pandangan masyarakat dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi
pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua
kepada generasi muda, agar hidup masyarakat itu tetap berkelanjutan. Atau
dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan
dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap
terpelihara”.
Dari segi
pandangan individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang
terpendam dan tersembunyi. Seperti potensi akal, potensi berbahasa, potensi
agama dan sebagainya. Potensi-potensi tersebut harus diusahakan dan
dikembangkan agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Dilihat dari
kedua sudut pandangan tersebut di atas, maka manusia perlu sekali diberi
pendidikan, karena tanpa pendidikan pewarisan kebudayaan dan pengembangan
potensi manusia tak dapat dilakukan dengan sepenuhnya.
Di dalam kitab
suci Al-qur’an manusia disebut sebagai ahsanu taqwim, yang berarti sebaik-baik
bentuk, dan diantara makhluk Tuhan memang manusialah yang paling baik
kejadiannya. Terutama yang paling penting bagi manusia yang membedakannya
dengan binatang adalah bahwa manusia mempunyai akal.
Dengan ini
manusia berusaha memiliki akidah dan akhlaknya untuk memperbaiki kehidupannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Surah
Al- Lugman Ayat 13-16
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ
لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
Dan (ingatlah) ketika
Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".
اشْكُرْلِي أَنِ عَامَيْنِ فِي
وَفِصَالُهُ وَهْنٍ عَلَي وَهْنًا أُمُّهُ حَمَلَتْهُ بِوَالِدَيْهِ وَوَصَّيْنَاالإِنْسَانَ
إِلَيَّ
وَلِوَالِدَيْكَ
Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
وَصَاحِبهُممَافِي هُمَتُطِعْ
فَلاَ عِلْمٌ بِهِ لَكَ مَالَيسَ بِي تُشْرِكَ أَنْ عَلَى هَدَكَ جَا وَإِنْ
تَعْمَلُونَ كُنتُم بِمَا فَأُنَبِّئُكُم مَرْجِعُكُم إِلَيَّ أَنَبَ مَن سَبِيلَ الدُّنيَامَعرُوفًاوَاتَّبِعْ
“Dan jika keduanya
memaksa kamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka jangan lah engkau mematuhi keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembali kamu, maka Ku-beritakan
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
يَأْتِ الأَرْضِ فِيَ أَو السَّمَوَاتِ فِي أَو صَخْرَةٍ فِي فَتَكُنْ
خَردَلٍ مِن حَبَّةٍ مِثقَالَ تَكُ إِنَّهَاإِنْ يَابُنَيَّ
خَبِيرٌ لَطِيفٌ للهَ إِنَّ بِهَااللهُ
“Wahai anakku, sesungguhnya jika ada seberat biji sawi, dan
berada dalam batukarang atau dilangit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya, Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
B.
Arti
Perkata Al-Luqman Ayat 13-16
C.
Hukum
Bacaan Surah Al-Luqman Ayat 13-16
1. Idzhar
artinya apabila nun mati/ tanwin bertemu dengan satu huruf halqi ( ,
, , ,
, , ) maka harus dibaca jelas, contohnya :
·
لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ
·
عَلَي وَهْنًا
2. Idgham
bighunnah yaitu nun mati /tanwin bertemu dengan huruf ( ,
, , ), maka cara membacanya berdengung.
Contohnya:
·
وَفِصَالُهُ وَهْنٍ
·
الدُّنيَامَعرُوفًا
3. Ikhfa
yaitu apabila nun mati/ tanwin bertemu dengan huruf selain huruf idzar, idgham,
ikhfa dan iqlab, maka cara membacanya harus samar-samar.
Hurufnya
yaitu : , ,
, , ,
, , ,
, , ,
, , ,
,
Contohnya
:
·
.
·
.
·
.
·
.
·
.
·
.
·
.
·
.
4. Qolqolah
sugra yaitu apabila huruf qolqolah (
, , ,
, ) berbaris mati dipertengahan
ayat atau kalimat maka cara membacanya huruf tersebut harus dipantulkan.
Contohnya:
·
.
·
.
·
5. Mad
thabi’I apabila sudah fathah, sesudah kasrah, sesudah dhammah cara membacanya yaitu
harus panjang dua harkat atau satu alif.
Contohnya
:
·
.
·
.
·
.
·
.
·
.
·
.
6. Ikhfa
syafawi apabila mim mati bertemu dengan hururf
Contohnya:
·
.
7. Idzhar
syafawi yaitu apabila mim mati bertemu dengan selain huruf dan
Contohnya
:
·
.
·
.
D.
Asbabunnuzul
Al –Luqman Ayat 13- 16
Al- Hafizh Ibnu
Katsir berkata dalam Tafsirnya, dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Ia berkata: Aku
adalah seseorang pria yang amat mencintai ibuku. Tetapi setelah aku masuk
Islam, ibuku itu berkata kepadaku: Hai sa’ad! Agama apa ini, kulihat engkau
mengada-ada. Tinggalkan agamamu ini atau aku akan mogok makan dan minum, sampai
mati. Dengan begitu engkau akan tercemar lantaran aku, yaitu engkau akan
dituduh sebagai pembunuh ibunya. Begitulah lalu aku berkata kepada ibuku: Hai
Ibu! Jangan engkau kerjakan itu semua, tetapi aku juga tidak bakal meninggalkan
agamaku ini selama-lamanya karena faktor apapun.
Ibuku nekad,
sehari semalam sudah mulai tidak makan dan tidak minum. Pagi harinya sudah
tampak sangat letih. Hari kedua dia tidak mau makan juga dan badannya sudah
semakin bertambah letih. Hari ketigapun tidak mau makan dan badannya semakin
bertambah letih.
Melihat keadaan yang demikian itu,
aku kemudian berkata kepadanya: Hai Ibu! Ketahuilah, demi Allah! Seandainya
engkau mempunyai seratus nyawa, lalu nyawa itu keluar satu persatu (dengan
bertahap), namun aku tetap tidak akan mau meninggalkan agamaku ini, karena
faktor apapun. Jika engkau sudi, makanlah dan jika engkau tidak sudi, jangan
makan.
Melihat
keteguhan Sa’ad yang demikian itu, akhirnya Ibunya mau makan. Lalu Allah
menurunkan ayat “Dan jika kedua orang tuamu itu sungguh-sungguh memaksamu agar
engkau menyekutukan aku…..dst”.232)
E.
Makna
Ayat AL-Luqman ayat 13-16
Sekilas tentang lukman.
Luqman adalah sosok
ayah pilihan Allah. Nasehat yang disampaikan pada anaknya diabadikan dalam Al
Qur'an. Ketika kita membaca Q.S Luqman ayat 13 disitu dimulai dengan
hentakan kata " Ingatlah takala ". Kata ini menandakan pentingnya
atas nasehat yang akan disampaikan.
1. Makna ayat 13
Ayat 13 ini berbicara tentang
nasihat Luqman kepada putranya yang dimulai dari peringatan terhadap perbuatan
syirik. Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu merupakan
kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena
meletakan sesuatu bukan pada tempatnya.
Imam ash Shobuni
menafsirkan لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ dengan menyatakan,
“jadilah orang yang berakal; jangan mempersekutukan Allah dengan apapun, apakah
itu manusia, patung, atau anak.” Beliau menafsirkan إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ dengan menyatakan, “Perbuatan syirik merupakan sesuatu
yang buruk dan tindak kezaliman yang nyata. Karena itu, siapa saja yang
menyerupakan antara Khalik dengan makhluk, tanpa ragu-ragu, orang tersebut bisa
dipastikan masuk ke dalam golongan manusia yang paling bodoh. Sebab, perbuatan
syirik menjauhkan seseorang dari akal sehat dari hikmah sehingga pantas
digolongkan ke dalam sifat zalim, bahkan pantas disertakan dengan binatang.
Kata يَعِظُهُ terambil
dari kata عظو yaitu
nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga
yang mengartikan sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman.
Penyebutan kata ini yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang
sebagaimana dipahami dari panggilan mesra kepada anak.
Sedangkan ulama memahami
kata عظو dalam arti ucapan
yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut
mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu adalah seorang musyrik, sehingga sang ayah
menyandang hikmah it uterus menerus menasihatinya sampai akhirnya sang anak
mengakui Tauhid.[1]
Kata بُنَيَّ adalah
patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya dalah ابني ibny,dari
kata بنا ibn yakni
anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita
dapat berkata bahwa ayat diatas sumber isyarat bahwa mendidik hendaknya
didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik.
Pada ayat 13
diperintahkan untuk merenungkan anugrah Allah kepada Luqman itu dan serta
mengingatkan kepada orang lain. Ayat ini berbunyi :
Dan ingatlah ketika
Luqman berkata kepada anaknya dalam keadaan pada saat ke saat menasihatinya
bahwa wahai anakku sayang! Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan
apapun, dan jangan juga mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan pun, lahir
maupun batin. Persekutuan yang jelas maupun tersembunyi adalah syirik
yakni mempersekutukan Allah.
Luqman menekankan perlunya meninggalkan
sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik. Memang “ At-takhiyah
muqaddamun ‘ala at-tabliyah” (menyingkirkan keburukan lebih utama dari pada
menyandang perhiasan).[5] Dari ayat ini pula
dapat dipahami bahwa antara kewajiban orang tua kepada anak-anaknya adalah
member nasihat dan didikan. Orang tua harus memperhatikan pendidikan bagi
anak-anaknya. Orang tua tidak boleh menganggap cukup apabila telah menyediakan
segala kebutuhan fisik seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan kesenangan
lahiriyah lainnya. Justru yang lebih penting adalah memperhatikan kebutuhan
rohani berupa pendidikan agama maupun pendidikan keilmuan lainya dan
keterampilan.
2.
Makna
Ayat 14
Allah mewajibkan kepada semua manusia agar patuh dan
taat kepada orang tua. Karena seorang ibu itu mengandung dengan segala
kepayahan dan kesulitan. Seorang ibupun menyusui sampai berusia dua tahun.
Allah mengharuskan pula agar bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang
diberikan dengan cara melakukan semua bentuk taat. Dan hendaknya berterima
kasih pula kepada orang tua dengan cara melakukan kebaikan dan taat. Karena
semua akan kembali kepada Allah, dan Allah akan membalas semua perbuatan yang
dilakukan manusia.
Kata وَهْنًا berarti
kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud disni kurangnya kemampuan memikul beban
kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Kata yang digunakan ayat inilah
mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan
kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan
telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya. Firman-Nya وَفِصَالُهُ فِي
عَامَيْنِ (dan penyapihannya didalam dua tahun), mengisyaratkan
betapa pentingnya penyusuan anak oleh seorang ibu kandung. Tujuan penyusuan ini
bukan sekedar untuk memelihara kelangsungan hidup anak, melainkan juga
lebih-lebih untuk menumbuh kembangkan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang
prima.
Selanjutnya Allah
menjelaskan pesan-Nya melalui firman berikut:
أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ
Dan
Kami perintahkan kepadanya, bersyukurlah kamu kepada-Ku atas semua nikmat yang
telah Ku limpahkan kepadamu, dan bersyukur pulalah kepada ibu bapakmu. Karena
sesungguhnya kedua itu merupakan penyebab bagi keberadaanmu. Dan keduanya telah
merawatmu dengan baik sehingga kamu menjadi tegak dan kuat.
إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Hanya kepada-kulah kembali kamu, bukan kepada
selain-Ku. Maka Aku akan memberikan balasan terhadap apa yang telah kamu
lakukan yang bertentangan dengan-Ku.
Ayat diatas menyatakan :
dan kami wasiatkan yakni berpesan dengan amat kukuh kepada semua manusia
menyangkut kepada orang ibu bapanya, pesan kami disebabkan karena ibunya telah
mengandung dalam keadaan kelemahan diatas kelemahan, yakni kelemahan berganda-ganda
dan dari saat ke saat bertambah-tambah. Lalu beliau melahirkan dengan susah
payah, kemudian merawat dan menyusuinya setiap saat, bahkan ditengah malam
ketika saat manusia lain tertidur
nyenyak. Demikian hingga tiba masa menyapikannya.
Dimasa kelahiran memang ibu lebih berpotensi atau lebih ekstra dibandingkan
seorang bapak dan itu tidak cukup hanya dimasa kelahiran seorang anak,
melainkan sampai anak tumbuh berkembang. Memang ayah pun bertanggung jawab
menyiapkan dan membantu agar beban yang dipikulnya tidak terlalu berat. Namun,
jasa ayah tidak bisa diabaikan begitu saja oleh karena itu anak juga
berkewajiban berdoa untuk ayahnya.
3. Makna Ayat 15
Jika
orang tua mengajak kepada kufur atau dosa, maka jangan ikuti keinginanya dengan
penolakan yang lembut dan bijaksana.Karena ketaatan itu haruslah dalam
kebajikan. Dan jangan sampai penolakan itu dilakukan dengan perangai yang
buruk. Ikutilah orang yang banyak bertaubat dan banyak melakukan kebaikan.
Karena setelah kehidupan ini pastilah semuanya akan kembali kepada Allah Swt
dan akan terungkap semua perbuatan yang telah dilakukan oleh setiap orang dan
akan diberi ganjaran sesuai dengan perbuatannya.
Ayat diatas menerangkan bahwa jika orang tua memaksa
untuk mempersekutukan Allah, maka janganlah mematuhinya.setioap perintah untuk
perbuatan maksiat, maka tidak boleh ditaati. Namun demikian, jangan memutuska
hubungan silaturahmi dengan tetaplah menghormatinya sebagai orang tua. Berbaktilah kepada mereka selagi tidak menyimpang dari
ajaran agama dan bergaullah dengan mereka menyangkut keduniawian, bukan aqidah.
Dalam surat Al-Ankabut: 8, Artinya: “Dan kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibui-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu uintuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Hokum ini berlaku untuk semua umat Nabi Muhammad,
yaitu melarang ketaatan anak untuk mengikuti kehendak orang tuanya yang
bertentangan dengan ajaran agama. Dan juga sebagaimana dalam sebuah
riwayatbahwa Asma’ putrid Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh ibunya
yang ketika itu masih musyrikah, Asma’ bertanya kepada Nabi bagaimana
seharusnya ia bersikap, maka Rosul memerintahkannya untuk tetap menjalin
hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjungi dan menyambut
kunjungannya.
4.
Makna
Ayat 16
Wahai ananda, meskipun perbuatan buruk atau perbuatan
baik hanya seberat biji saja, pastilah tidak akan luput dari pandangan Allah
Swt. Kebaikan dan keburukan itu pastilah akan terungkap jelas di hari kiamat
kelak, dan bagi yang berbuat kebaikan pastilah diganjar dengan kebaikan pula,
begitu pula dengan keburukan. Allah Swt itu Maha Lembut dan Dia selalu memberi
jalan keluar bagi para hamba-Nya dengan cara yang baik. Allah Swt juga Maha
Mengawasi dan tidak satupun yang luput di hadapanNya.
Katika
menafsirkan kata khardal, Quraish Shihab mengutip
penjelasan Tafsir al-untakhab yang melukiskan biji tersebut.
Disana dinyatakan bahwa satu kilogram biji khardal/moster terdiri
atas 913.000 butir. Dengan demikian, berat satu butir biji moster hanya sekitar
satu per seribu gram, atau kurang lebih 1 mg, dan merupakan biji-bijian
teringan yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena itu, biji ini
sering digunakan oleh Al-Qur’an untuk manunjuk sesuatu yang sangat kecil dan
halus.
Kata lathif terambil
dari akar kata lathafa yang huruf-hurufnya terdiri dari lam, tha’ dan fa.
Kata ini mengandung makna lembut, halus atau kecil. Dari makna ini kemudian
lahir makna ketersembunyian dan ketelitian.
Sedangkan
kata khabir, terambil dari akar kata yang terdiri dari
huruf-huruf kha, ba’ dan ra’ yang maknanya
berkisar pada dua hal, yaitu pengetahuan dan kelemahlembutan. Khabir dari
segi bahasa dapat berarti yang mengetahui dan juga tumbuhan yang lunak.
Sementara pakar berpendapat bahwa kata ini terambil dari kata khabartu
al-ardha dalam arti membelah bumi. Dari sinilah lahir pengertian
“mengetahui”, seakan-akan yang bersangkutan membahas Sesuatu sampai dia
membelah bumi untuk menemukannya.
Materi
pelajaran akidah diselingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta didik
tidak jenuh dengan satu materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran
akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Wasiat
Luqman pada ayat 16 ini adalah berkaitan dengan masalah akhirat, dimana di dalamnya
terdapat pahala yang adil dan perhitungan yang cermat atas amal perbuatan
manusia yang digambarkan oleh al-Qur’an dengan kata-kata indah dan menyentuh,
yang membangkitkan semangat, suatu gambaran yang menunjukkan atas ilmu Allah
yang meliput, yang tidak sebiji sawi pun yang luput dari pengetahuan-Nya,
walaupun biji itu tersembunyi di dalam perut bumi, di dalam batu yang keras,
atau di atas langit Allah yang luas, apalagi amal perbuatan manusia, mudah
sekali diketahui-Nya. Karena pengetahuan Allah meliputi seluruh langit dan
bumi.[2]
Tidak ada satu pun ungkapan lain yang
dapat menggambarkan tentang ketelitian dan keluasan ilmu Allah yang meliputi
segalanya, tentang kekuasaan Allah, dan tentang hisab yang teliti dan timbangan
yang adil melebihi gambaran yang dilukiskan oleh ungkapan ayat 16 surat Luqman
ini. Inilah salah satu keistimewaan al-Qur’an sebagai mukjizat, dimana
susunannya sangat indah dan sentuhannya sangat dalam.
F.
Aspek Nilai Pendidikannya
·
Pentingnya menjaga
Tauhid dan kejinya dosa Syirik
·
Menjelaskan arti
hikmah, yaitu bersyukur kepada Allah Swt dengan cara taat dan selalu
ingat kepadaNya. Dan orang yang bersyukur itu pasti orang memiliki
akal sehat
·
Pentingnya
memberi nasehat yang baik, sekaligus memberi solusi (irsyad) kepada siapa saja
·
Buruknya dosa
musyrik dan jeleknya orang yang memusyrikan Allah Swt
·
Keharusan taat
kepada orang tua dan mempelakukan mereka dengan lembut dan sayang
·
Pengukuhan pedoman, “
Tidak boleh patuh kepada seseorang jika menyuruh berbuat dosa kepada Allah
Swt.” Dan ini berlaku kepada orang tua untuk tidak taat atas kemauan mereka
ketika diperintah melakukan keburukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ibadah
adalah suatu perintah dari Allah yang harus kita laksanakan dengan jiwa dan
hati yang tulus dan ikhlas. Ibadah kita, mengisyaratkan bahwa kita sebagi
seorang hamba membutuhkan terhadap rahmat, hidayah, taufiq maupun pertolongan
dari Allah SWT, akan tetapi perlu di ingat bahwa rasa kebutuhan kita terhadap
Allah tidak akan mengurangi rasa tulus ikhlas kita dalam beramal.
Tiap-tiap
ibadah yang kita kerjakan hendaknya didorong oleh keyakinan kepada kebesaran
dan kekuasaan Allah serta timbul atas rasa syukur dan hutang budi kita
kepada-Nya, jika demikian maka ibadah akan menjauhkan diri kita dari perbuatan
yang tidak baik dan yang dilarang oleh Allah SWT.
Tetapi
ibadah yang tidak didasari atas beberapa aspek diatas akan terkesan hanya
karena sebatas memelihara tradisi yang sudah turun temurun, kendatipun memiliki
rupa dan bentuk ibadah. Tak ada ubahnya dengan patung dan gambar yaitu hanya
sebagai simbol. Selanjutnya ibadah yang semacam itu, tidak ada kesan dan
buahnya kepada tabiat dan akhlak orang yang beribadah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish,
TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta:
Lentera Hati. 2002
M. Ali Ash-Shabuny, Cahaya
Al-Qur™an, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2002
Tafsir Al-hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar