HADIST TENTANG ETIKA SISWA TERHADAP GURU
TUGAS KELOMPOK IV
SEMESTER VIIC
MATA KULIAH : HADIST PENDIDIKAN
NAMA
DOSEN :
![]() |
OLEH :
1.
MARDIAH
2. MASNITA
3. MAULIDASYAH AGUSTINA
4. MAWADDAH
5. M. YUSUF
6. SURYA SYAH PUTRA
![]() |
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MAHMUDIYAH JAM’IYAH
TANJUNG PURA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat
dan Rahmat-Nyalah kami bisa menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan
salam marilah kita limpah curahkan kepada Guru besar kita Yakni Nabi Muhammad
SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang , hadist tentang etika sorang siswa terhadap guru makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hadist Pendidikan. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi bagi yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan ataupun para
akademisi yang ingin meningkatkan atas pengetahuanya. apabila ada kesalahan
dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena
kealpaan, kehilafan itu adalah sifat manusia yang nyata didunia, maka segala
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Tanjung
Pura, 29 oktober 2014
Kelompok
EmpaT
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………… i
Daftar
Isi………………………………………………………………………. ii
Bab I
………………………………………………………………………….. 1
Pendahuluan…………………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………... 1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….. 1
Bab II
………………………………………………………………………….. 2
Pembahasan…………………………………………………………….………. 2
A. Pengertian muri…………………………………………………………. 2
B. Karakteristik murid perspektif hadist………………………………….. 2
C. Tugas dan tanggung jawab murid……………………………………… 3
D. Hak- hak murid…………………………………………………………. 3
E. Etika murid……………………………………………………………... 4
Bab III
…………………………………………………………………………. 10
Penutup………………………………………………………………………….. 10
A.
Kesimpulan…………………………………………….;;………………. 10
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………… iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Pada
dasarnya, proses pembelajaran berkaitan erat dengan empat unsur, yaitu:
pendidik (guru), anak didik (murid), materi pelajaran, dan sisitem pengajaran.
Dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, pendidik dan anak didik
merupakan dua unsur yang saling memilki ketergantungan. Posisi murid dalam
bingkai pendidikan merupakan subyek dan sekaligus obyek. Melihat kompleksitas
posisi murid hendaknya dibekali dengan kemampuan dasar yang cukup.
Untuk mencapai harapan tersebut, maka
lembaga pendidikan (baik formal maupun non-formal) perlu mengutamakan manajemen
dan penataan yang baik, serta pengelolaannnya tidak boleh bertentangan dengan aturan-aturan
al-Qur’an dan al-Hadits. Aturan-aturan dalam al-Qur’an dan al-Hadits tersebut,
disamping sebagai sumber hukum, juga menjadi sumber ilmu bagi umat islam,
bahkan umat-umat lainnya. Karena ilmu itu hakikatnya dari Allah SWT, maka harus
ada etika dalam pengaturannya.
Berkaitan dengan uraian di atas,
makalah ini akan mengkaji tugas dan etika murid dalam perspektif hadits. Agar
pembahasannya tidak terlalu melebar, maka dibatasi dengan: pengertian murid,
karakteristik murid dalam perspektif hafits, tugas dan tanggung jawab murid
dalam perspektif hadits, hak-hak murid, dan etika murid
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah nya adalah :
1.
Bagaimana pengertian murid ?
2.
Bagaimana Karakteristik murid persfektif hadist?
3.
Bagaimana tugas dan tanjung jawab murid?
4.
Bagaimana hak-hak murid ?
5.
Bagaimana etika murid?
C.
Tujuan makalah
Selanjutnya
tujuan makalah, pemakalah ingin :
1.
Mengetahui Bagaimana pengertian murid
2.
Mengetahui Bagaimana Karakteristik murid persfektif hadist
3.
Mengetahui Bagaimana tugas dan tanjung jawab murid
4.
Mengetahui Bagaimana hak-hak murid
5.
Mengetahui Bagaimana etika murid
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Murid
Dalam bahasa
Indonesia, makna siswa, murid, pelajar, dan peserta didik merupakan sinonim.
Semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah), anak yang
sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan.
Dalam bahasa Arab, term peserta
didik (pelajar) diungkapkan dengan kata-katatilmidz (
jamaknya talamidz, talamidzah) dan thalib (jamaknya thullab),
yang berarti mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh. Kedua istilah tersebut
digunakan untuk menunjukkan pelajar secara umum. Selain tilmdz dan
murid, seseorang yang sedang menempuh pendidikan diistilahkan juga dengan thalabab,
al-‘ilm, muta’llim, thifl, danmurabba.
Berdasarkan pada pengertian di atas,
dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang belajar, baik pada
lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.
B.
Karakteristik Murid dalam Perspektif
Hadits
Secara fitrah, anak memerlukan
bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal ini dapat dipahami dari
kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimilki oleh setiap orang yang baru lahir, Allah swt
berfirman:
بٔطٔونِ أٔمَّهَا
تِكُمْ لاَ تَعْلَمَُوْنَ شَيئًا وَ جَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَ بْصَارَوَالأَفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ْ مِّن ْ أَخْرَجَكُم وَالله
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.”
Dalam perspektif hadits, peserta didik
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
Peserta didik menjadikan Allah sebagai
motivator utama dalam menuntut ilmu.
2.
Senantiasa mendalami pelajaran secara
maksimal, yang ditunjang dengan persiapan dan kekuatan mental, ekonomi, fisik,
dan psikis.
عن أبي هريرة قا ل رسول الله صلى
الله عليه وسلم ألمٶمن القوي خيروأحب الى الله من المٶمن الضيف
Artinya :
“ Dari Abu Hurairah r,a, ia berkata: Rasulullah
saw, telah bersabda: Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada orang mukmin yang lemah.”
3.
Senantiasa mengadakan perjalanan (rihlah,
comparative study) dan melakukan riset dalam rangka menuntut ilmu karena
ilmu itu tidak hanya pada satu majlis al-‘ilm, tetapi dapat
dilakukan di tempat dan majelis-majelis lain.
4.
Memiliki tanggung jawab
Artinya :
“ Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah
saw, telah bersabda: Barang siapa yang ditanyai suatu imu pengetahuan, tetapi
ia menyembunyikannya, maka Allah akan menyedikan baginya kekangan dari api
neraka di hari kiamat”.
5.
Ilmu yang dimilikinya dapat
dimanfaatkan
C.
Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Tugas dan tanggung jawab dalam
perspektif hadits, sebagai berikut:
1.
Dalam menuntut ilmu mengutamakan ilmu
yang paling besar kemaslahatannya untuk dirinya dan umat, di dunia dan di akhirat.
2.
Senantiasa mengulangi
pelajaran-pelajaran karena ia beranggapan bahwa dengan pengulangan tersebut
berarti ia telah melihat betapa luas dan dalamnya ilmu yang dapat dikaji
melalui ayat-ayat Allah, dan karena ia selalu bertasbih.
3.
Mengadakan riset sebagai tindak lanjut
dari proses belajar.
4.
Mengajarkan kembali ilmu yang telah
diperolehnya kepada orang lain.
5.
Ilmu itu dimanfaatkan untuk
kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
6.
Ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
7.
Mematuhi semua peraturan yang berlaku.
8.
Ikut memelihara sarana dan prasarana
serta kebersihan, ketertiban, dan keamanan di lingkungan satuan pendidikan.
9.
Belajar dengan sungguh-sungguh dan
mengutamakan menuntut ilmu dari amalan sunat lainnya.[1]
D.
Hak-hak Murid
1.
Mempelajari dan mendapatkan ilmu sesuai
dengan tingkat kemampuannya.
2.
Mendapatkan perhatian dan kasih sayang
secara wajar dari gurunya.
3.
Mendapatkan kesempatan untuk maju dan
berkembang seuai denga minat dan bakat yang dimilikinya.
4.
Mendapatkan penghargaan atas prestasi
yang diraihnya, baik materil maupun non materil.
5.
Mendapatkan hukuman dan ganjaran yang
dilandasi dengan kasih sayang.
6.
Mendapatkan pengajaran, perhatian,
kasih sayang, dan motivasi penuh terutama dari orang tuanya.
7.
Memperoleh pendidikan yang tertuju pada
pengembangan potensi fisik dan psikisnya.
E.
Etika Murid
1.
Etika Murid Terhadap Dirinya
a.
Berniat ikhlas karena Allah semata.
Sebelum memulai pelajaran, siswa harus
lebih dahulu membersihkan dirinya dari segala sifat buruk karena belajar itu
termasuk ibadah, dan ibadah yang diterima Allah adalah ibadah yang dilakukan
dengan tulus ikhlas. Oleh karena itu, belajar yang diniatkan bukan karena Allah
akan sia-sia. Nabi SAW bersabda: artinya: “ Sesungguhnya amal perbuatan
itu dilandasi atas niat…”
b.
Hendaknya tujuan pendidikan itu karena
takut kepada Allah SWT dan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Rasulullah
SAW bersabda:
تعلموا العلم فأن تعلمه الله خشية٠٠٠٠الخ )(رواه ابن حبان
والمعاذ)
Artinya : “ Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya
mempelajarinya karena Allah adalah sebentuk takut kepada-Nya.”
c.
Jangan meninggalkan suatu mata pelajaran
sebelum benar-benar menguasainya.
d.
Bersungguh-sungguh dan tekun belajar,
siang dan malam, dengan terlebih dahulu mencari ilmu yang lebih penting.
e.
Tawaddu’, iffah, sabar, dan
tabah, wara’, dan tawakal.
f.
Disiplin dan selektif memilih
lingkungan (pendidikan).
Islam sangat mengutamakan kedisiplinan,
terutama penggunaan waktu, bahkan Allah SWT bersumpah demi masa (waktu).
Rasulullah SAW sendiri mewaspadai betul waktu, sehingga beliau bersabda:
“ Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: sehatmu
sebelum sakitmu, waktu lapangmu sebelum waktu sempitmu, masa mudamu sebelum
masa tuamu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu”.
(H.R. Baihaqi)
Kemudian murid juga selektif dalam
membentuk lingkungan pergaulan, karena lingkungan turut membentuk corak
pendidikan, perilaku, dan pola pikir seseorang. Seperti sabda Nabi SAW:
Artinya:” Perumpamaan sahabat yang baik dan
sahabat yang buruk itu bagaikan pembawa misik (kasturi) dan penyulut api.
Pembawa kasturi terkadang memberi kepadamu atau kau membeli dirinya, atau
(paling tidak) kamu mencium bau harumnya. Adapun penyulut api, kalau tidak
membakar pakaianmu, maka kamu mendapat bau baranya”.
2.
Etika Murid Terhadap Gurunya
1.
Hendaklah murid menghormati guru,
memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula
menyenangkan hati guru dengan cara yang baik
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk
golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
2.
Bersikap sopan di hadapan guru, serta
mencintai guru karena Allah. Di antara akhlaq
kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi,
sebagaimana sabda Rosululloh saw
· إِنَّ اللَّهَ
جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR.
Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )
3.
Selektif dalam bertanya dan tidak
berbicara kecuali setelah mendapat izin dari guru.
Hadist tentang Etika Menjawab Pertanyaan ketika sedang
berbicara
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللَّـهُ تَعَالَى عَنْهُ
ـ أَنَّهُ قَالَ :بَيْنَمَا النَّبِيُّ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ
جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّـهِ يُحَدِّثُ
فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ : سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ ، وَقَالَ
بَعْضُهُمْ : بَلْ لَمْ يَسْمَعْ ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ : أَيْنَ
أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ ؟ قَالَ : هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّـهِ ،
قَالَ : فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ . قَالَ :
كَيْفَ إِضَاعَتُهَا ؟ قَالَ : إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ
أَهْلِهِ ، فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ.
Artinya : dari Abu Huroiroh berkata ketika Nabi
sedang berada di majlis sedang berbicara terhadap suatu kaum dan sedang
mengajar. Datanglah seorang badui bertanya Ya Rasul kapan Kiamat, maka Rasul
tetap melanjutkan mengajarnya. Sebagian orang berpendapat Nabi
mendengar yang dikatakan Badui, tetapi Nabi tidak suka terhadap pertanyaan dan
sebagian yang lain Nabi tidak mendengar. Sampai selesai mengajar Beliau
bersabda mana orang tadi bertanya tentang hari Kiamat? Orang itu menjawab :
Saya Ya Rasululloh. Rasul bersabda : Apabila Amanah sudah disia-siakan maka
tunggulah kiamat. Orang itu bertanya lagi Apa yang dimaksud dengan
menyia-nyiakan Amanah? Nabi bersabda “Apabila urusan itu diserahkan bukan pada
Ahlinya maka tunggulah Kiamat”
·
Penjelasan :
Didalam Hadits ini Rasul mencontohkan etika adab menjawab
pertanyaan ketika proses pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema
Pembahasan). Orang badui bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul
mengajarkan lain kepada para sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak
memotong pelajarannya tetapi melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai
pelajarannya.[2]
·
Kesimpulan
Hadist tersebut di atas memberikan pemahaman tentang
bagaimana adab (etika) ketika seseorang bertanya kepada gurunya, sedang gurunya
belum selesai menyampaiakn materi. Maka sebagai guru, Nabi kemudian melanjutkan
materi sampai selesai setelah itu baru menjawab pertanyaan sang murid. Setiap
pertanyaan yang di ajukan kepada guru pada saat sedang menjelaskan suatu bab
tertentu, mestinya pertanyaan menyesuaikan dengan bab yang sedang di
bahas.
4.
Mengikuti anjuran dan nasehat guru.Hendaklah seorang
penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan
ibadahnya. (Tadzkiroh Sami’ hal. 86) Qoshim bin
Salam menceritakan: “Adalah para murid Ibnu Mas’ud mereka belajar kepadanya
untuk melihat akhlak, kepribadian dan kemudian menirunya.” (Adab
at-Tatalmudz hal. 40)
5.
Jika melakukan kesalahan, segera
mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.Salah satu Dalil "Minta Maaf"
merupakan bagian Ibadah (dalam hadist berikut ini "minta maaf"
diistilahkan dengan "meminta agar perbuatannya tersebut dihalalkan oleh
saudaranya"):
Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang pernah
menzalimi saudaranya dalam hal apa pun, maka hari ini ia wajib meminta
agar perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang
hari saat tidak ada ada dinar dan dirham, karena jika orang tersebut memiliki
amal saleh, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun,
jika ia tidak memiliki amal saleh maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari
orang yang ia zalimi.” (H.r. Bukhari, no. 2449
6.
Hendaknya murid memilih guru yang tidak
hanya betul-betul menguasai bidangnya, tetapi juga mengamalkan ilmunya dan
berpegang teguh kepada agamanya. Sabda Nabi SAW:
لا يٶخذ العلم من ٳلا من أمين ثقة لأن قوام الدين با لعلم
Artinya:
”Tidak boleh menuntut ilmu kecuali
dari guru yang amin dan tsiqah (mempunyai kecerdasan kalbu dan akal) karena
kuatnya agam adalah dengan ilmu”.
Selain itu, Dalam kitab Ilmu wa Adab al-‘Alim wa
al- Muta’allimdikatakan bahwa sikap murid sama dengan sikap guru, yaitu
sikap murid sebagi pribadi dan sikap murid sebagai penuntut ilmu. Sebagai
pribadi seorang murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar dapat
dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran, menghafal dan mengamalkannya.[3]
Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw:
الا ان في الجسد مضفة ٳذا صلحت صلح سا ئر عمله وٳذا فسدت فسد
سائر عمله الا وهي القلب
“Ingatlah bahwa dalam jasad terdapat segumpal daging, jika segumpal
daging tersebut sehat, maka sehatlah seluruh perbuatannya, dan jika segumpal
daging itu rusak, maka rusaklah seluruh awalnya. Ingatlah bahwa segumpal daging
itu adalah hati.”
Selanjutnya menurut
Imam Ghazali, ada sepuluh kriteria yang harus diupayakan oleh anak didik,
diantaranya yaitu:
1.
Sebelum memulai proses belajar, anak didik harus terlebih
dahulu menyucikan jiwa dari perangai buruk dan sifat tercela.
2.
Semampu mungkin anak didik harus menjauhkan diri dari
ketergantungan terhadap dunia.
3.
Anak didik harus selalu bersikap rendah hati, memperhatikan
instruksi dan arahan pendidik, dan mampu mengontrol emosinya.
4.
Anak didik harus menghindarkan diri dari suasana perdebatan
yang membingungkan.
5.
Seorang anak didik harus mmpunyai semangat mempelajari semua
ilmu pengetahuan yang layak dipelajari sebagai konsekuensi adanya keterkaitan
antardisiplin ilmu pengetahuan.
6.
Anak didik harus belajar secara gradual. Ia perlu menentukan
skala prioritas ilmu pengetahuan dengan mengacu kepada manfaatnya, dalam hal ini
adalah ilmu agama.
7.
Anak didik harus memahami hirarki ilmu pengetahuan.
8.
Anak didik harus memahami nilai ilmu pengetahuan yang
dipelajari dan menentukan mana yang lebih utama dari yang lain.
9.
Anak didik mempunyai orientasi atas pendidikannya; tujuan
jangka pendek, yaitu memperbaiki dan membersihkan jiwanya; sedangkan orientasi
jangka panjang adalah mendekatkan diri pada Allah swt dan berusaha menaikkan
derajatnya setara dengan malaikat.
10. Anak didik harus
hati-hati dalam memilih sosok pendidik demi kelangsungan proses belajar yang
positif. [4]
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Keseluruhan istilah anak didik dalam
perspektif hadits mengacu pada satu pengertian, yaitu orang yang sedang
menuntut ilmu, tanpa membedakan ilmu agama atau ilmu umum.
Karakteristik peserta didik dalam
perspektif hadits adalah: peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator
utama dalam menuntut ilmu, mendalami pelajaran secara maksimal, mengadakan
perjalanan (rihlah, comparative study) dan melakukan riset, bertanggung
jawab mengajarkan ilmunya kepada orang lain, dan ilmu itu harus dimanfaatkan
untuk kemaslahatan umat dan agama.
Tugas dan tanggung jawab murid adalah:
mengutamakan ilmu yang mempunyai kemaslahatan paling besar untuk agama umat dan
kehidupan akhirat, mengulangi pelajaran, ikut bertanggung jawab pada pendanaan
pendidikan jika ia mampu, mematuhi peraturan yang berlaku, mengutamakan
menuntut ilmu dari pada amalan sunat lainnya, dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Abuddin, Nata, Pendidikan Dalam Persepektif Hadits,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 20050, Cet. Ke-I
Abudin, Nata, Persepektif Islam Tentang Pola
Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Rajawali Press, 2001
Asrorun, Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Elsass, 2006), Cet. Ke-3,
Abdulloh bin Abdur
rahman bin jibran, Sarah kitabul ilmi min sokhikhil Bukhori
[1] Abuddin,
Nata, Pendidikan Dalam Persepektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 20050, Cet. Ke-I, hl.249-260
[3] Abudin, Nata, Persepektif Islam
Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), Cet.
Ke-1, hl.102
[4] Asrorun, Ni’am
Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsass, 2006), Cet. Ke-3,
hl.75-77